PUISI ATAU SAJAK YANG DISUKAI REDAKTUR

Baca juga artikel ini:

Sering kali muncul pertanyaan dari para penulis terkait naskah puisi yang dikirim ke koran atau media massa. Di antara pertanyaan tersebut adalah, “Mengapa naskah puisi yang dikirim ke koran sering tidak tayang atau bahkan tidak ada kabar?” Ada beberapa hal yang perlu diketahui mengapa bisa demikian. Bisa jadi naskah tersebut sudah tayang, tapi penulis kesulitan mencari data penayangannya. Atau memang naskah tersebut tidak lolos penilaian sehingga tak layak ditayangkan. Rata-rata, alasan kedua yang sering menjadi penyebab naskah tidak ditayangkan oleh koran atau media massa.

Lantas muncul pertanyaan lain, “Puisi atau sajak seperti apa yang disukai Redaktur?” Jawabnya tentu sangat relatif, sebab tiap redaktur memiliki standar penilaian masing-masing. Namun secara umum pihak redaktur sangat menyukai puisi atau sajak semacam ini:

1. Sesuai kriteria umum dari rubrik yang diampu. Semisal terkait teknis penulisan sekaligus keaslian dari naskah tersebut atau dengan kata lain naskah bukan hasil plagiarisme (jiplakan atau saduran).

2. Tema harus kuat sekaligus mengedepankan unsur-unsur puitis. Tentu saja redaktur memberi ruang sangat terbuka terhadap gaya menulis dari para penulis. Hal ini sangat disadari betul oleh redaktur karena tiap penulis memiliki cara serta gaya tak sama dalam berkarya.

3. Para redaktur sangat menyukai ledakan atau entakan dalam tiap kalimat. Kejutan-kejutan inilah yang sangat ditunggu-tunggu oleh redaktur sebagai bahan penilaian di antara sekian banyak alasan apakah karya tersebut layak tayang atau tidak. 

3. Akurat dan tepat, atau dengan kata lain tidak ada kekeliruan ejaan di dalamnya. Walaupun menulis puisi bersifat bebas, namun secara teknis tentu harus tetap diperhatikan. Editor atau kurator mana pun pasti sangat risih ketika mendapati kekeliruan mendasar ini. Kurator menganggap kekeliruan ejaan sedikit saja menunjukkan bahwa si penulis tidak cermat saat berkarya. Kurator benar-benar tidak menolelir kekeliruan ejaan—bahkan di mata mereka—masalah ini amat jorok. Gunakanlah kaidah menulis secara baik dan benar. Kurator sangat menjaga etika berbahasa. Tidak memicu SARA, diskriminasi terhadap kelompok tertentu, atau hal-hal lain yang melanggar norma.

4. Tema segar sangat disukai oleh redaktur. Pembaruan-pembaruan dalam karya sastra juga sangat diharapkan saat menilai kelayakan penayangan karya, hal ini tentu sangat beralasan karena tiap media juga terus berlomba menyuguhkan karya-karya terbaik sebelum disuguhkan ke khalayak pembaca.

5. Secara spesifik, kurator cenderung memerhatikan hal-hal unik serta lokalitas.

6. Bukan karena sering ditayangkan ataupun ada sisi saling kenal, namun redaktur pasti membaca karakteristik tulisan dari masing-masing penulis yang naskahnya sampai di meja redaksi. Karakter tulisan ini sangat penting bagi seorang penulis, sebab hal itu bisa dijadikan sebagai bagian dari identitas. Ketika sebuah naskah dihilangkan nama penulisnya saat ditinjau atau dibaca, maka dengan sangat mudah diketahui oleh redaktur ataupun pembaca bahwa karya tersebut milik siapa.


Bagikan

You Might Also Like

PUISI ATAU SAJAK YANG DISUKAI REDAKTUR
4/ 5
Oleh



Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.