Baca juga artikel ini:
Siapa pun yang sudah akrab dengan koran Kompas—terutama edisi akhir pekan—tentu akan menjumpai rubrik sastra yakni rubrik cerpen dan puisi. Kata orang, sastra Kompas menjadi barometer sastra Indonesia. Terlepas benar atau tidak, faktanya banyak penulis berlomba-lomba ingin ditayangkan di media tersebut. Bagi penulis yang suka menulis sastra tentu memiliki keinginan yang sama seperti penulis-penulis yang karyanya sering kali tayang di sana. Sebagian penulis mungkin sudah mengetahui kriteria naskah yang diinginkan oleh redaktur, tapi belum tentu untuk sebaliknya.
Secara umum, kriteria yang diinginkan pihak redaktur Kompas adalah sebagai berikut:
1. Karya yang dikirim harus asli—kalaupun karya tersebut merupakan terjemah, penulis harus menyertakan sumber secara valid guna menghindari tindak plagiarism. Bukan hasil jiplakan, atau saduran.
2. Tema harus kuat. Ketika penulis sangat lemah dalam mengolah naskah, apalagi tidak mampu membuat kurator terkesan sekaligus tertarik membaca isi naskah tersebut hingga titik akhir, tentu berpeluang besar ditolak. Kurator lebih suka dengan narasi memikat. Penuh kejutan-kejutan atau ledakan imajinasi sehingga memicu hasrat baca. Narasi di paragraf pertama ini dinilai kurator sangat menentukan apakah naskah tersebut layak ditayangkan atau tidak.
3. Akurat dan tepat, atau dengan kata lain tidak ada kekeliruan ejaan di dalamnya. Walapun menulis puisi bersifat bebas, namun secara teknis tentu harus tetap diperhatikan. Editor atau kurator mana pun pasti sangat risih ketika mendapati kekeliruan mendasar ini. Kurator menganggap kekeliruan ejaan sedikit saja menunjukkan bahwa si penulis tidak cermat saat berkarya. Kurator benar-benar tidak menolelir kekeliruan ejaan—bahkan di mata mereka—masalah ini amat jorok. Gunakanlah kaidah menulis secara baik dan benar. Kurator sangat menjaga etika berbahasa. Tidak memicu SARA, diskriminasi terhadap kelompok tertentu, atau hal-hal lain yang melanggar norma. Menurut kurator, naskah juga harus dengan tema segar—walaupun tidak dibatasi oleh tema-tema tertentu, dan tidak klise. Mengarah pada kebaruan sastra yang meliputi aspek bahasa, tema, alur, serta teknik menulis yang mumpuni.
4. Secara spesifik, kurator cenderung memerhatikan hal-hal unik serta lokalitas. Tema urban nyaris tidak ditayangkan alias ditolak.
5. Sangat dianjurkan menggunakan jenis font Times New Roman (TNR), spasi 1, 12 pt.
6. Sebaiknya kirim 5—10 judul dalam satu file selama sepekan atau dalam kurun sebulan. Kirimkan karya yang benar-benar sudah matang. Mengirim 5—10 judul dengan nilai kematangan sempurna tentu jauh lebih baik ketimbang mengirim banyak namun tidak memenuhi kriteria. Alangkah lebih baik—khusus untuk rubruk puisi—penulis mengirimkan 5—10 judul dalam satu file ataupun dengan 5—10 judul dalam beberapa kiriman naskah. Selain efektif, cara ini juga akan memudahkan pihak redaktur mengidentifikasi tiap naskah yang masuk meja redaksi.
8. Berhubung dalam hal ini adalah khusus rubrik puisi, sangat dianjurkan menggunakan narasi puitis. Tiap penyair mungkin memiliki cara sekaligus gaya berbeda-beda dalam karyanya, tapi secara umum nilai puitis merupakan landasan penting yang sangat dianjurkan serta perlu diperhatikan.
9. Gaya menulis apa pun tetap diberi tempat—misal; realisme, surealisme, absurd, ataupun solilokui. Meski dengan gaya bahasa atau pengantar sesuai kehendak penulis, namun kekayaan diksi dan gaya bahasa pengantar dalam naskah sangat diutamakan.
Dari 9 kriteria tersebut, hal paling utama adalah kreativitas menulis dari si penulis. Proses kreatif inilah yang menjadi kunci tiap naskah menemukan tempat terbaiknya. Seperti poin pertama, seyogianya seorang penulis mampu menguasai teknis maupun tema dengan memadukan karakternya sendiri, sebab dengan karakter kuat karya yang dihasilkan juga semakin memikat.
Bagikan
KRITERIA UMUM PENERIMAAN PUISI KOMPAS
4/
5
Oleh
Anam Khoirul Anam Official