Baca juga artikel ini:
Terkadang menjadi seorang penulis dituntut untuk bisa lebih produktif, selain menjaga eksistensi, produktivitas menulis juga akan melejitkan kemampuan sekaligus penghasilan. Selain itu, ada persaiangan yang cukup hebat di kalangan penulis, kalah selangkah saja pasti tertinggal jauh. Namun terkadang ada saja kendala saat menulis, mulai dari kebuntuan ide sampai dengan hal-hal di luar dugaan yang secara langsung menghambat proses menulis. Tentu saja tiap penulis memiliki cara masing-masing untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapai ketika menulis.
Di dunia ini semua orang pasti ingin menjadi kaya. Kekayaan bisa membuat seseorang dengan begitu mudah mendapatkan segala keinginan. Siapa pun itu dan tak perlu ingkar pada diri sendiri bahwa kekayaan sering kali mendatangkan kepuasan sekaligus sensasi tersendiri, bahkan mampu menaikkan prestisius. Di lain sisi, dengan memiliki kekayaan, hidup seseorang menjadi bahagia. Tiap orang memiliki cara masing-masing untuk memperkaya diri, mulai dari menjadi pedagang, pegawai, ataupun bidang lain yang mampu mendatangkan penghasilan. Sebagian orang berpendapat bahwa kaya tidak harus berupa materiil, bisa juga nonmateriil.
Faktanya, di dunia ini kebanyakan orang kaya adalah dari kalangan pengusaha. Lantas, apakah seorang penulis bisa menjadi kaya? Banyak sekali penulis kaya, bukan hanya kaya secara finansial, tapi juga kaya dalam berkarya. Barangkali nama J.K. Rowling bukanlah nama asing di kalangan penulis. Selain memiliki kekayaan bersih kurang lebih 11,9 triliun, ia juga tergolong penulis produktif dan sukses. Karyanya yang amat laris dan fenomenal adalah Harry Potter and the Philosopher’s Stone yang terjual hingga 15 juta kopi dalam waktu 24 jam ketika kali pertama diterbitkan. Nama-nama lain penulis kaya dunia di antaranya adalah Stephenie Meyer, Stephen King, dan masih banyak lagi orang kaya dari dunia menulis.
Jika membahas soal kekayaan secara finansial tentu sangat menggiurkan. Abaikan lebih dulu soal itu. Mari mengoreksi hal mendasar saat kita berkarya. Sebagai penulis, banyak hal yang butuh perhatian serius yakni memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam berkarya, setidaknya memperkaya kosakata terlebih dahulu atau membenahi kekeliruan ejaan. Semakin kaya kosakata, tentu akan berpengaruh pada aliran ide. Ketika penulis minim kosakata, ia hanya akan berputar-putar di situ saja. Dampak yang muncul kemudian adalah kebuntuan ide yang berujung pada kemandekan bahkan gagal menuntaskan tulisan.
Barangkali trik ini bisa dicoba guna mengatasi masalah klasik yang selama ini dialami para penulis.
1. Banyak Membaca
Salah satu cara untuk mendapatkan ide adalah dengan banyak membaca. Mulailah membaca apa saja yang disukai. Selain mengendurkan saraf, terutama pikiran, kegiatan membaca juga akan membuka pengetahuan bagi diri sendiri. Bahkan saat membaca karya penulis lain pun pembaca bisa mempelajari bagaimana proses kreatif membuat sebuah karya. Dari hal itu pula akan muncul gagasan-gagasan tak terduga.
Sering-seringlah membuka kamus, terutama kamus besar bahasa Indonesia (KBBI). Semakin sering dilakukan sudah pasti akan menemukan atau mendapatkan kosakata baru. Tantunya hal itu juga akan berdampak pada tulisan agar kembali mengalir dan tidak selalu berputar-putar di situ saja. Diakui atau tidak, semakin minim kosakata justru memicu rasa bosan pada diri sendiri dan juga terhadap pembaca, dampak lain yang muncul adalah pemborosan kata dalam kalimat. Semakin kreatif seorang penulis mengolah kosakata, semakin banyak pula yang ia dapat dalam karyanya. Salah satu cara agar dalam satu paragraf terasa padat kata adalah dengan mengolah persamaan kata supaya tidak terjadi pengulangan yang sama dalam satu kalimat. Nyatanya, dengan terus mengutak-atik kata yang berbeda hingga tersusun menjadi kalimat padu padan justru semakin meningkatkan produktivitas maupun kreativitas menulis.
2. Tamasya
Mengunjungi tempat-tempat tertentu juga dapat memicu kemunculan ide, selain memulihkan tekanan akibat aktivitas menulis, tamasya merupakan cara lain membuka wawasan baru. Siapa tahu kawasan yang dikunjungi saat itu malah menjadi bahan tulisan yang sedang dikerjakan. Kunjungilah tempat-tempat yang ada di sekitar, terutama tempat yang disukai, setelah itu ke tempat lain yang dirasa mampu memicu datangnya ide—asal tempat tersebut tetap memberi dampak positif.
3. Menonton atau Mendengarkan
Ide bisa datang kapan, di mana, dan dari mana saja. Bisa jadi dengan menonton film atau mendengarkan lagu tertentu bahkan melakukan aktivitas apa saja, kita bisa menemukan sebuah gagasan. Tonton atau dengarlah sesuatu yang diminati, sebab salah satu cara mengembalikan semangat adalah melerai konflik dalam diri. Lakukan kegiatan yang digemari, karena hal itu menjadi solusi paling mujarab untuk mengatasi kebosanan dalam diri sendiri—dan lagi-lagi semua harus memberi dampak positif pada diri sendiri terlebih dulu. Selain itu merekam segala peristiwa yang sudah atau sedang terjadi bisa menjadi referensi tulisan.
4. Berinteraksi Sosial
Siapa pun pasti memiliki kawan, bahkan lawan sekaligus. Mengobrol atau diskusi juga menjadi sarana untuk melahirkan ide. Berbincang santai dengan kawan bisa menjadi media sekaligus kontrol emosi, lebih-lebih dapat membuka wacana-wacana tak terpikirkan sebelumnya. Pasang surut emosi juga menjadi salah satu faktor penyebab kemandekan ide. Maka dari itu pulihkan kembali dengan bercengkerama bersama rekan-rekan, mungkin bisa telepon, chatting sekaligus bermedia sosial lewat telepon genggam maupun perangkat lain. Janganlah menumbuhkan pesimistis pada diri sendiri!
Membangun konflik cerita bisa juga dengan mengamati apa yang tidak disukai dari orang lain. Bagaimanapun konflik dibutuhkan dalam sebuah tulisan agar lebih hidup. Berinteraksi dengan orang yang kita kenal bahkan dekat lebih mudah membuka dialog ketimbang dengan orang asing. Berbincang dengan kawan yang sepaham jauh lebih efektif memancing ide daripada mengobrol dengan teman tak sepaham.
5. Berkhalwat
Tak bisa dipungkiri, tiap orang butuh sendiri bahkan tidak mau diganggu oleh siapa pun dan apa pun. Kadang saat menyendiri itulah tebersit beragam kata-kata dari dalam diri. Apabila membaca, tamasya, menonton atau mendengarkan, serta interaksi sosial dirasa tidak cukup untuk memantik ide, berkhalwat merupakan alternatif lain yang bisa ditempuh guna melancarkan kembali ketersendatan gagasan. Ketika sudah mendapatkan kata-kata yang sangat kuat, segera tulislah—meski sekadar abstraksi—sebab jika bersit itu hilang, sudah pasti akan berdampak buruk pada keberlangsungan tulisan. Akibat yang ditimbulkan adalah cita rasa menjadi jauh berbeda dari harapan bahkan hilang kenikmatannya. Baca berulang kali, edit, dan terus teliti sampai klimaks tanpa mengubah term semula, lalu tuntaskan hingga terwujud menjadi tulisan dengan karakter kuat.
Selamat mencoba. Mari terus berkarya!
Bagikan
MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRODUKTIVITAS MENULIS
4/
5
Oleh
Anam Khoirul Anam Official