Baca juga artikel ini:
EPIGRAF
RASA takut mengecam diri yang kini terpaku dalam sepi
waktu mengulur kemelut di ceruk dada tanpa kenal tepi
jiwa beku laun mencair meski hanya disentuh suam api
Betapa elok bila sepanjang hayat penuh dengan luhur budi
segala ucap menuntun laku—selain bentuk luar adalah wadi
jangan berharap sentosa jika berbuat bajik pun tidak sudi
Tahan sejenak hasrat sampai terang cahaya sekaligus sirna udi
tiap jalan atas ketulusan hati membuka pintu semesta radi
walau tak diukir pada prasasti, cinta kasih tetap abadi
MUSPRA
SAAT lempung itu diterbangkan ke udara, ia pun bernyawa
alazon takkan sepadan dengan para utusan atas umat manusia
tanpa keyakinan, apa yang tampak tetap disangka tipu daya
Tiap entropi alirkan tirta amerta ke hamparan jagat raya
kesunyatan bertalun jua hingga akhir masa meski dalih meraja
bila kilang telah hampa, hakulah nyata di depan mata
Betapa nelangsa para setti yang pulang tertungkup karena niaga
seumur hidup peras keringat, namun jerih terbang ke udara
lantas sukacita macam apa yang kini disandang di raga?
BARZAKH
KAWAN lama telah sampai di rumah saat magrib tiba
ia sampaikan kabar dari Maharaja agar aku segera menghadap
“Apa yang harus kusiapkan, sedangkan telah papa diriku kini?”
Tak ada saran darinya selain ingin segera mengajakku pergi
celupak kamar pun padam, apa yang tertinggal hanyalah senyap
“Jawablah bila para penggawa bertanya padamu!” ujarnya, saat melesat
“Sampai di sini saja aku mengantarmu. Masuklah, Kawan!” pintanya
liang terkuak, setelah aku masuk, ceruk tertutup sangat rapat
entah ke mana kawan lama mengelana, laun ruang mencekam
FUGUE
PARA saki telah merajut mimpi bersama laju angin surga
sebagian melesat ke langit, sedang yang lain masih merayap
dimensi dipahat dengan kata serta upaya tanpa ada jeda
Aku terus berkisar dalam silam, kini, maupun futuristis bijak
tak peduli walau acap kali tangan hanya menggapai udara
logika ini pun terperangkap begitu lama di ruang metafisik
Dari bentang angkasa terdengar nasar tabuh genderang tanda lapar
tangkup ingatan sontak terkuak, lantas kuar berkeliaran cari upajiwa
sesudah raga dicekam lara sangat akut, semogalah lekas bugar
RASA takut mengecam diri yang kini terpaku dalam sepi
waktu mengulur kemelut di ceruk dada tanpa kenal tepi
jiwa beku laun mencair meski hanya disentuh suam api
Betapa elok bila sepanjang hayat penuh dengan luhur budi
segala ucap menuntun laku—selain bentuk luar adalah wadi
jangan berharap sentosa jika berbuat bajik pun tidak sudi
Tahan sejenak hasrat sampai terang cahaya sekaligus sirna udi
tiap jalan atas ketulusan hati membuka pintu semesta radi
walau tak diukir pada prasasti, cinta kasih tetap abadi
Yogyakarta, 18 Mei 2017
SAAT lempung itu diterbangkan ke udara, ia pun bernyawa
alazon takkan sepadan dengan para utusan atas umat manusia
tanpa keyakinan, apa yang tampak tetap disangka tipu daya
Tiap entropi alirkan tirta amerta ke hamparan jagat raya
kesunyatan bertalun jua hingga akhir masa meski dalih meraja
bila kilang telah hampa, hakulah nyata di depan mata
Betapa nelangsa para setti yang pulang tertungkup karena niaga
seumur hidup peras keringat, namun jerih terbang ke udara
lantas sukacita macam apa yang kini disandang di raga?
Yogyakarta, 24 September 2016
KAWAN lama telah sampai di rumah saat magrib tiba
ia sampaikan kabar dari Maharaja agar aku segera menghadap
“Apa yang harus kusiapkan, sedangkan telah papa diriku kini?”
Tak ada saran darinya selain ingin segera mengajakku pergi
celupak kamar pun padam, apa yang tertinggal hanyalah senyap
“Jawablah bila para penggawa bertanya padamu!” ujarnya, saat melesat
“Sampai di sini saja aku mengantarmu. Masuklah, Kawan!” pintanya
liang terkuak, setelah aku masuk, ceruk tertutup sangat rapat
entah ke mana kawan lama mengelana, laun ruang mencekam
Yogyakarta, 02 Februari 2017
PARA saki telah merajut mimpi bersama laju angin surga
sebagian melesat ke langit, sedang yang lain masih merayap
dimensi dipahat dengan kata serta upaya tanpa ada jeda
Aku terus berkisar dalam silam, kini, maupun futuristis bijak
tak peduli walau acap kali tangan hanya menggapai udara
logika ini pun terperangkap begitu lama di ruang metafisik
Dari bentang angkasa terdengar nasar tabuh genderang tanda lapar
tangkup ingatan sontak terkuak, lantas kuar berkeliaran cari upajiwa
sesudah raga dicekam lara sangat akut, semogalah lekas bugar
Yogyakarta, 24 Februari 2017
Sajak ini telah dipublikasikan di SUMUT POS (06/08/2017)
Bagikan
EPIGRAF | MUSPRA | BARZAKH | FUGUE
4/
5
Oleh
Anam Khoirul Anam Official